Talk:Jonathan Strange & Mr. Norrell

Page contents not supported in other languages.
From Wikipedia, the free encyclopedia

For what it's worth, this content (in Malay, according to Fiveless) was pasted into Jonathan_Strange_&_Mr_Norrell. That will be turned into a redirect, but if anyone can read Malay, there may be something useful here. Or something worth putting in the Malay Wikipedia. -- Jmabel | Talk 04:00, Oct 15, 2004 (UTC)

JONATHAN STRANGE & Mr NORRELL

Penulis: Susanna Clarke Penerbit: Bloomsburry


Buku ini betul-betul tentang magic dan magicians. Dengan baca buku ini, kita serasa jadi tahu bagaimana magicians sebenarnya, as human beings, gitu deh. Settingnya di Inggris pada abad 19. Tokoh utamanya ada dua: Mr Norrell dan Jonathan Strange. Karakter mereka menarik. Misalnya Mr Norrell: biarpun dia jago sihir, tapi penampilannya biasa saja, orangnya juga penggugup. Orang-orang sampai sering salah kira dia dengan pembantunya yang memang berpenampilan sesuai gambaran awam tentang magician: tall, dark, and handsome.

Nah, ceritanya sihir sudah dua ratus tahun lenyap dari Inggris. Mr Norrell prihatin banget, makanya dia mau mengangkat Jonathan Strange jadi muridnya. Oya, menurut buku ini, magician sejenis occupation yang bisa dipelajari, istilahnya scholar magician. Dari sini, barulah ada perkembangan: kalau orang itu memang berbakat, dia akan punya kekuatan untuk membuat spells dia ampuh. Kalau nggak, dia terbatas jadi scholar magician biasa.

Strange sendiri digambarkan manusiawi juga. Dia takut mikirin reaksi pacarnya kalau tahu dia mau jadi penyihir saja, bukan pekerjaan lain yang lebih menguntungkan, businessman, misalnya. Terus, dia juga bisa kesal pada Mr Norrell yang gak mau meminjami dia buku-buku di perpustakaannya yang super komplet.

Selain itu, buku ini juga lucu. Waktu Norrell mau membantu Inggris berperang melawan Prancis, dia menyihir patung di kapal Prancis yg ditangkap Inggris supaya bisa bicara tentang posisi kapal-kapal Prancis lain. Tapi ternyata karena hidup di antara pelaut, patung itu waktu bisa ngomong malah cuma memaki-maki ala pelaut.

Strange membantu Inggris berperang di Portugal dengan menurunkan hujan deras, membuat jalan sehingga bisa dilalui tentara Inggris, bahkan menghidupkan mayat! Selain itu, dia bisa juga memindahkan kota. Tapi belakangan Portugal komplain: kalau terus dipindah-pindah, lama-lama peta wilayah negara mereka jadi tidak keruan dong!

Oya, dengan baca buku ini kita juga jadi tahu soal fairy. Di sini fairy digambarkan sebagai makhluk yang licik. Waktu Mr Norrell diminta menghidupkan wanita bangsawan yang meninggal karena sakit, ia minta bantuan fairy. Fairy itu menyanggupi, tapi dengan syarat setengah umur wanita itu harus diserahkan padanya. Mr Norrell mengira setengah umur itu diambil belakangan, tapi ternyata si fairy tiap malam menculik wanita itu ke kerajaannya. Akibatnya, wanita itu cuma “hidup” di siang hari. Kalau malam, dia tampak duduk bengong saja, karena sebetulnya jiwanya berada di kerajaan fairy.

"Tantangan" buku ini: tebal halamannya yang dahsyat, 800 halaman, dengan huruf yang kecil-kecil pula. Terus, bahasa Inggris-nya kelas kakap. Membaca buku ini serasa membaca novel klasik kayak karya Bronte. Juga, buku ini di awal agak lambat, tapi cuma sebentar kok. Begitu sudah bisa "masuk" ke jiwa buku ini, langsung terasa seru, unputdownable. Yang seru juga: buku ini diterbitkan dalam dua versi: hitam dan putih.

Criticism[edit]

I found it surprising that the novel has been accused of chauvinism, which I assume "male chauvinism" is meant. While none of the women in the novel are central characters, the principal men are shown to be blind, arrogant, fearful, and foolish. If Jonathan Strange is the protagonist, he is hardly the hero. In many ways, the novel is a work of feminism: showing dramatically the suffering of women who are unempowered, segregated, and frequently treated as if they were ill. -Acjelen 22:11, 10 July 2005 (UTC)[reply]

criticism: length[edit]

First and foremost, the story could have easily been told in half as many pages. Amusing :) The page count could have been halved merely by using single-spacing rather than double, at least in the UK paperback. -- Jon Dowland 17:45, 24 September 2005 (UTC)[reply]

Article Name[edit]

Given that the book is actually titled "... Mr Norrell" rather than "... Mr. Norrell" (note the lack of the period) in all editions, wouldn't it make more sense to have the article at "... Mr Norrell" and the redirect to the other form? If no one objects, I'll make this change soon. Brendan 06:10, 30 November 2005 (UTC)[reply]

I've made the change, and fixed all the links on other pages so that they point directly there. I also moved everything on this talk page to that on the new location. Brendan 01:06, 1 December 2005 (UTC)[reply]